Perubahan iklim dan pencemaran laut merupakan dua masalah serius yang sedang dihadapi oleh ekosistem maritim di seluruh dunia. Perubahan iklim menyebabkan suhu laut meningkat, yang dapat berdampak buruk pada kehidupan laut. Sedangkan pencemaran laut, terutama akibat limbah plastik, dapat merusak ekosistem laut secara keseluruhan.
Menurut Dr. Sylvia Earle, seorang ahli kelautan terkemuka, “Perubahan iklim dan pencemaran laut adalah ancaman serius bagi keberlanjutan ekosistem maritim. Kita harus segera bertindak untuk melindungi sumber daya laut yang sangat berharga ini.”
Salah satu contoh dampak perubahan iklim adalah pemutihan terumbu karang yang terjadi akibat kenaikan suhu laut. Hal ini dapat mengancam keberagaman hayati di perairan tropis, termasuk di Indonesia. Sementara itu, pencemaran laut oleh limbah plastik juga menjadi masalah yang mendesak untuk diatasi. Menurut studi terbaru, diperkirakan bahwa lebih dari 8 juta ton plastik masuk ke laut setiap tahunnya.
Menurut Prof. Ove Hoegh-Guldberg, seorang ilmuwan kelautan dari University of Queensland, “Pencemaran plastik telah menjadi ancaman serius bagi ekosistem laut. Kita harus segera mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan meningkatkan upaya daur ulang agar dapat melindungi kehidupan laut.”
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan kerjasama antara pemerintah, industri, dan masyarakat. Pemerintah perlu mengimplementasikan kebijakan yang ketat terkait pengelolaan limbah plastik dan pengurangan emisi gas rumah kaca. Industri perlu mengadopsi praktik ramah lingkungan, sementara masyarakat perlu meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga ekosistem laut.
Dengan langkah-langkah yang tepat, kita dapat melindungi ekosistem maritim dari ancaman perubahan iklim dan pencemaran laut. Sebagai individu, mari kita berperan aktif dalam melestarikan kekayaan laut yang sangat berharga ini. Semua orang berperan dalam menjaga keberlanjutan ekosistem maritim untuk generasi yang akan datang.